edukasiEkonomiUncategorizedUtama

“Anak Angkat”,Tabu Dalam Keluarga Indonesia : Adopsi dan Kesehatan Mental Anak

PORTALBIAS.COM –  Pernikahan tanpa memiliki seorang anak sering kali dianggap kurang untuk kebanyakan orang bahkan menjadi aib keluarga jika mempunyai salah satu anggota keluarga yang tidak memiliki keturunan.

pada akhirnya pasangan suami-istri menempuh berbagai cara agar dikaruniai seorang anak. mulai dari membaca tips dan trik “gaya” saat berhubungan suami istri, konsultasi dokter, samppai mengangkat anak atau adopsi.

Adopsi merupakan tindakan mengangkat anak orang lain sebagai anaknya sendiri juga merupakan bentuk intervensi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan anak secara fisik maupun psikis. adopsi pun ada dua tipe yaitu tertutup dan terbuka dimana adopsi tertutup adalah saling minimnya pengetahuan orang tua angkat dan orang tua kandung,tipe ini adalah pilihan ketika orang tua angkat menginginkan privasi yang lebih luas sedangkan adopsi terbuka adalah hubungan antara orang tua kandung dan angkat sangat transparant biasanya terjalin hingga anak dewasa biasanya ditandai dengan adanya regulasi jadwal orang tua kandung membesuk.

tapi, walaupun tujuan mengadopsi anak adalah langkah menuju keluarga “sempurna” tidak jarang anak angkat atau adopsi masih menjadi buah bibir dimata lingkungan sekitar(tetangga,paman,tante,mertua, kakek dan nenek).

“Anak yang diadopsi lebih berpotensi bermasalah daripada anak kandung”

“Anak angkat hanya dijadikan pancingan”

“Orang tua angkat sulit menyayangi anak adopsi”

“Anak angkat sering dibully karena tidak mempunyai kemiripan dengan orang tua angkat”

“Anak angkat sering kali dianggap anak yang dibuang oleh orang tua kandung”

“anak angkat tidak lebih penting dari anak kandung”

walaupun tidak setiap lingkungan pasutri yang mengangkat anak seperti itu, perilaku seperti ini sangat sering dijumpai mulai dari kawasan sekolah, rumah dan internal keluarga yang secara tidak sadar mempengaruhi psikis anak.

Dalam penelitian  Dea Chinantya Sutisna, Dr. MG. Adiyanti, MS. dengan judul “PSYCHOLOGICAL GROWTH ANAK ADOPSI SEBUAH KAJIAN PSIKO-FENOMENOLOGI” ada beberapa bentuk permasalahan seperti perasaan kehilangan, perasaan malu dan bersalah, pembentukan identitas, depresi, perasaan ditolak/diabaikan, perasaan kedukaan/kesedihan, intimacy, dan kontrol yang terjadi pada anak angkat. Permasalahan yang dialami ini dapat berdampak besar saat ia mencapai usia dewasa muda, dewasa muda adalah masa kritis untuk menemukan identitas,tujuan, hasrat dan tempat yang seharusnya, saat anak angkat tumbuh mereka mulai banyak memahami tentang dunia. Dengan pemahaman itu muncul lebih banyak pertanyaan. beberapa pertanyaan yang mungkin anak angkat pikirkan adalah..

“kenapa saya diberikan untuk diadopsi?”

“dari mana saya berasal?”

“bagaimana orang tua kandungku ?”

“apa yang terjadi jika aku memasuki dunia dewasa yang sebenarnya ?”

pertanyaan seperti ini makin membuat tumbuh kembang seorang anak angkat semakin terpuruk. mereka menghindari adanya hubungan emosional yang dekat, menjadi cemas dan takut, tidak peka terhadap kebutuhan orang lain dan dirinya sendiri, agresif dan pemarah.

untuk mengindari hal- hal tersebut, peranan orang tua angkat sangat diperlukan ada baiknya untuk orang tua angkat selalu memberikan pandangan positif tentang anak angkat atau adopsi, memperhatikan lebih banyak tentang pergaulan atau orang-orang sekeliling anak. Melansir dari laman Parents, Dr. Steve Nickman menyarankan bahwa waktu yang ideal untuk memberi tahu anak-anak bahwa mereka diadopsi adalah antara usia 6-8 tahun. Anak berusia 6 tahun biasanya sudah cukup ‘dewasa’ untuk dapat belajar mengerti dan menerima informasi penting tersebut.

Orangtua angkat juga tidak dianjurkan untuk menunggu sampai anak memasuki masa remaja untuk memberitahunya mengenai status adopsinya. Menurut Dr Nickman, pengungkapan pada saat itu dapat merusak harga diri anak dan kepercayaannya pada orangtua.

orangtua angkat terus melakukan upaya agar anak selalu merasa di-inginkan,akan tetap disayang dan diperlakukan sama dengan yang lainnya.

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *